hariandetiknews.id – KALSEL – Rabithah Melayu Banjar menggelar Lokakarya Kebangsaan dengan tema “Gerakan Harmoni untuk Indonesia Maju”. Acara ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan serta menangkal ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang berpotensi mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.
Acara ini dihadiri oleh 100 orang terdiri dari tokoh agama , tokoh tasyarakat, jurnalis, serta pejabat daerah. Adi Santoso, S. Sos., M.Si.(Staff Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik) perwakilan Bapak gubernur Kalsel, Kombes Priyanto Priyo Hutomo, S.I.K., M.H, ( Dir Intelkam Polda Kalsel), Hadi Saputra ( Kabag Tata Usaha Kemenag Provinsi Kalsel), Dr. Riduan Masykur (Ketua Baznas), Prof. Dr. H. Jalaluddin, M.Hum ( UIN Antasari), Kesbangpol Provinsi, Binda, Bais, Jurnalis.
Dengan menghadirkan narasumber, Prof. Dr. H. Hadin Muhjad, S.H., M.H., Prof. Dr. K.H. Abd Hafiz Anshary AZ, M.A., Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., Ipda Alim Sumartono, S.H., Katim bidang pencegahan satgaswil Densus 88 Anti Teror Polri wilayah Prop Kalsel, Takhlis Auzan eks napiter.
Dalam sambutannya, Gubernur Kalsel menyebutkan bangsa Indonesia ditakdirkan dengan keragaman suku, etnis, bahasa, budaya dan agama. Keragaman ini bisa menjadi kekuatan, namun bisa juga menjadi kelemahan dan ancaman bagi keutuhan bangsa Indonesia.
“Ketika keragaman itu, kita wujudkan dalam rasa saling mempercayai, saling menghargai dan menghormati, maka bangsa kita memiliki kekuatan yang luar biasa. Sebaliknya, kemajemukan dan keragaman itu, bisa menjadi celah bagi pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan bangsa kita, karena isu-isu syara, seringkali menjadi alat membenturkan kita sesama anak bangsa,” kata Adi, Banjarmasin, Senin (17/2/2025).
Oleh karena itu, disebutkan Adi, kekompakan untuk memelihara kemajemukan harus disegarkan dengan berbagai macam pendekatan, termasuk dengan menyeminarkan dinamika isu-isu terkini yang berpotensi mengancam persatuan dengan memanfaatkan kemajemukan.
“Diantara dinamika yang harus selalu kita waspadai adalah isu intoleransi, radikalisme dan teorisme. Seringkali isu-isu ini digaungkan oleh pihak-pihak yang ingin bangsa kita terpecah, bermusuhan, serta merusak persatuan dan kesatuan yang selama ini kita jaga dengan baik. Karena itu, seluruh anak bangsa harus selalu ditanamkan kesadaran untuk menghargai dan menghormati kemajemukan,” ucapnya.
Ipda Alim sebagai narasumber dalam sambutannya menambahkan dirinya sangat berharap kepada tokoh masyarakat agar bisa mensosialisasikan terkait bahaya terorisme dan radikalisme “ini sangat berbahaya dan sudah merambah kepada generasi muda”tambahnya.
Ia juga menegaskan untuk mengedepankan kembali empat pilar yaitu Pancasila,UUD 45,Negara kesatuan Republik indonesia dan Bhineka Tunggal Ika dengan empat pilar ini diharapkan dapat menangkal paham teroriseme serta radikalisme ” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Rabithah Melayu Banjar, Syarbani Haira menekankan pentingnya persatuan dalam menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
“Kita harus bersama-sama menjaga keberagaman dan memperkuat rasa kebangsaan. Intoleransi dan radikalisme harus kita lawan dengan memperkuat pendidikan, budaya, dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para pendiri bangsa,” ujar Syarbani.
Adapun lokakarya tersebut menghadirkan narasumber dari UIN Antasari, Akademisi ULM, serta Polda Kalsel memaparkan berbagai perspektif mengenai bahaya ideologi ekstrem serta strategi pencegahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Salah satu fokus utama adalah penguatan wawasan kebangsaan melalui pendidikan dan sosial budaya.
“Dengan adanya lokakarya ini, Rabithah Melayu Banjar berharap dapat meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga persatuan dan kebhinekaan sebagai modal utama dalam membangun Indonesia yang lebih maju dan berkeadaban,” pungkasnya.**.